Festival Nasi Bekepor Kembali Digelar, Dispar Kukar Siap Dukung Penuh Pelestarian Budaya Lokal

METRONEWS, TENGGARONG- Semangat melestarikan budaya lokal kembali ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sukses menggelar Festival Nasi Bekepor ke-6 di halaman kampus Unikarta Tenggarong, Senin (16/6) lalu.
Festival ini tak hanya menjadi ajang kompetisi memasak kuliner tradisional khas Kutai, tetapi juga menjadi simbol kuat keterlibatan generasi muda dalam menjaga warisan budaya daerah.
Dukungan besar datang dari Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara (Dispar Kukar). Plt Kepala Dispar Kukar, Arianto, menegaskan bahwa pihaknya siap mendukung penuh kegiatan yang memiliki nilai pelestarian budaya seperti ini.
“Ini sudah memasuki tahun keenam, artinya ada komitmen kuat dari mahasiswa untuk melestarikan budaya daerah. Ini patut diapresiasi dan terus kita dukung,” ujar Arianto saat dikonfiramsi Jumat (20/06).
Menurutnya, Festival Nasi Bekepor adalah contoh konkret kolaborasi positif antara dunia akademik dan pemerintah daerah dalam merawat identitas budaya lokal.
Kuliner Tradisional Sebagai Media Edukasi Budaya
Nasi Bekepor merupakan makanan khas Kutai yang sarat nilai tradisi. Dibuat dari nasi yang dimasak bersama ikan asin, daun kemangi, perasan jeruk nipis, serta aneka rempah seperti daun salam dan pandan, proses memasaknya dilakukan dengan teknik “bekepor” yakni memutar kuali agar seluruh bahan matang merata.
Tak hanya memasak, kegiatan ini juga menghidupkan kembali tradisi makan bersama atau “beseprah”, yaitu makan duduk bersila dalam kebersamaan.
Dari Kukar untuk Indonesia, Potensi Ekspansi Festival
Dispar Kukar melihat potensi besar dalam Festival Nasi Bekepor sebagai media promosi budaya yang bisa meluas hingga ke luar daerah. Arianto menyampaikan bahwa pihaknya akan mendorong agar kuliner ini bisa tampil di berbagai event nasional.
“Kita ingin mengenalkan budaya kita ke luar Kukar. Misalnya lewat eksibisi di event mahasiswa di kota-kota seperti Malang atau Jogja. Bukan hanya lomba, tapi edukasi budaya,” jelas Arianto.
Ia menambahkan bahwa Dispar Kukar akan terus membuka ruang kolaborasi, tidak hanya dengan perguruan tinggi, tapi juga dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain, komunitas budaya, dan sektor swasta untuk memperluas dampak festival ini.
Misi Bersama: Budaya Sebagai Identitas dan Daya Tarik Wisata
Festival ini juga sejalan dengan visi Bupati Kukar Edi Damansyah yang ingin budaya lokal dijadikan bagian penting dalam pembangunan karakter generasi muda. Salah satu langkah konkret ke depan adalah melibatkan anak-anak sekolah dalam festival sebagai bentuk edukasi sejak dini.
“Kami percaya pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama. Dukungan dari berbagai pihak akan sangat menentukan keberlanjutan acara seperti ini,” pungkas Arianto.