Tugu Pembantaian di Desa Loh Sumber, Jejak Kelam Sejarah yang Siap Diangkat Jadi Destinasi Wisata Edukatif

METRONEWS, Kukar- Sebuah monumen runcing yang berdiri tegak di Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), menyimpan kisah pilu masa penjajahan Jepang pada tahun 1946. Dikenal sebagai Tugu Pembantaian, situs ini menjadi simbol tragedi kemanusiaan yang tengah disiapkan untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah yang edukatif.
Pemerintah Desa Loh Sumber kini tengah menggagas inisiatif untuk menjadikan monumen ini tidak sekadar sebagai pengingat sejarah kelam, tetapi juga sebagai ruang pembelajaran dan refleksi sejarah lokal. Inisiatif ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Camat Loa Kulu, Ardiansyah.
“Lokasi Tugu Pembantaian, akses jalannya sudah bagus dengan semenisasi. Saat ini yang diperlukan adalah perawatan rutin,” ujar Ardiansyah, pada Rabu (11/06/2025).
Ia menambahkan, pembangunan pendukung akan terus didorong secara bertahap, termasuk menjadikan kawasan tugu sebagai lokasi peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus mendatang.
“Kami juga mendorong agar kepala desa terus melakukan koordinasi lintas sektor, terutama dengan Dispar dan Disdikbud Kukar, agar program pengembangan desa berjalan berkesinambungan,” imbuhnya.
Pengembangan ini bukan hanya soal estetika atau infrastruktur, tetapi juga mencakup upaya untuk memperkuat identitas sejarah desa dan menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan melalui narasi lokal yang kuat.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, menyambut baik langkah tersebut. Ia menegaskan bahwa potensi wisata sejarah di Kukar sangat besar, namun membutuhkan waktu dan kolaborasi berkelanjutan.
“Potensi wisata sejarah Kukar ada. Sekarang tinggal bagaimana nanti kita bersama-sama masyarakat dan stakeholder terkait bisa menjadikan itu sebagai destinasi yang bisa dikunjungi oleh semua orang, baik untuk berwisata maupun edukasi,” jelasnya.
Menurutnya, penting untuk mengangkat nilai-nilai sejarah sebagai bagian dari pendidikan kolektif bagi masyarakat, terutama generasi muda.
“Alhamdulillah, sudah ada beberapa pihak yang mulai melirik. Kita tentu di Dispar, Disdik, dan pihak lain harus mensupport itu,” pungkas Arianto. (Adv)