Viral! Kades Muara Muntai Ilir Diserang Massa, saat duduk santai bersama warganya, begini Kronologisnya

METRONEWS, Kukar- Sebuah insiden menggemparkan terjadi di Desa Muara Muntai Ilir. Kepala Desa Arifadian Nur menjadi korban pengeroyokan brutal oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai “masyarakat setempat”. Aksi kekerasan ini bahkan terekam video dan viral di media sosial, memperlihatkan suasana mencekam saat massa mengepung rumah sang kades.
Dalam rekaman tersebut, terdengar teriakan lantang dan suara pecahan kaca. Bahkan, seorang warga yang berusaha mendokumentasikan peristiwa nyaris ikut menjadi korban, hingga ponselnya jatuh saat merekam. Tidak butuh waktu lama, situasi berubah menjadi rusuh. Tiga jendela rumah pecah, isi rumah diacak-acak, dan dua orang mengalami luka serius, termasuk Arifadian sendiri.
“Saya dihajar, lengan saya sampai dijahit dua atau tiga jahitan. Pak Kasdim juga luka parah, tujuh jahitan di kepala,” ungkap Arifadian saat dikonfirmasi.
Menurutnya, penyerangan dilakukan oleh sekitar 7–8 orang yang membawa balok kayu besar. Mereka mendobrak masuk dan melakukan penyisiran, karena menduga ada perwakilan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang hadir dalam acara Halal Bihalal di rumahnya.
Tuduhan bahwa Arifadian membawa masuk Pelindo ke wilayah mereka diduga menjadi pemicu utama amarah massa. Namun Arifadian membantah keras. Ia menjelaskan bahwa kehadiran Pelindo di perairan Muara Muntai merupakan kebijakan pusat.
“Pelindo hadir karena keputusan Kementerian Perhubungan dan KSOP. Bukan inisiatif desa,” tegasnya.
Arifadian juga menyebut tuduhan tersebut hanyalah isu liar yang sengaja dihembuskan untuk memprovokasi warga. Ia menambahkan bahwa para pelaku kebanyakan bukan warga asli desa.
“Yang saya kenal hanya satu orang. Sisanya preman dari luar, dibayar untuk bikin rusuh. Yang lain cuma ikut-ikutan nonton,” bebernya.
Ia menduga kuat bahwa dalang di balik penyerangan ini adalah kelompok yang merasa terancam secara ekonomi akibat keberadaan Pelindo, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari jasa pemanduan kapal lokal.
“Ini bukan emosi sesaat. Mereka datang sudah siap dengan alat. Ini penganiayaan terencana,” ujarnya geram.
Kini, kasus ini telah dilaporkan ke pihak kepolisian. Arifadian juga telah menunjuk kuasa hukum untuk mengawal jalannya proses hukum.
“Kami ingin keadilan ditegakkan. Jangan sampai ada intervensi dari pihak kuat di belakang para pelaku,” pungkasnya. (Ag)